Malam itu, saya hanya ingin beristirahat setelah seharian beraktivitas. Tapi tiba-tiba, terdengar suara aneh dari kamar sebelah. Suara seperti jejak langkah, orang berlari, atau seseorang yang iseng memukul-mukul tembok. Saya tahu persis, penghuni kamar sebelah sedang pulang ke rumah orangtuanya karena kuliahnya masih libur. Jadi, siapa yang membuat suara itu?
Awalnya, saya mencoba mengabaikannya. Tapi semakin lama, suara itu semakin mengganggu. Rasa penasaran saya pun meningkat. Saya memutuskan untuk keluar kamar dan mencoba mendengarkan lebih jelas dari luar. Tapi anehnya, di luar tidak terdengar apa-apa. Saya pun berpikir, mungkin suara itu berasal dari kamar atas.
Saya menuju kamar mandi dulu sebentar, lalu naik satu anak tangga. Tapi kemudian saya urungkan niat karena dari kamar atas hanya terdengar suara musik. Itu adalah kamar teman saya yang sedang mengerjakan tesis. Sepertinya dia sedang lembur. Jelas bukan suara yang saya cari.
Di tengah kebingungan, teman saya tiba-tiba mengirim pesan melalui chat, mengomentari foto saya saat di Bandung. Saya pun menceritakan kejadian aneh yang baru saja saya alami. Dia bertanya apakah ini pertama kali saya mendengar suara itu. Saya jawab, ya, ini pertama kalinya. Dia kemudian bercanda, mungkin itu suara mahasiswa baru yang sedang latihan UKM. Saya menimpali, siapa yang mau berlarian tengah malam seperti ini? Teman saya hanya tertawa dan menyarankan saya membaca Al-Fatihah. Saya pun menuruti sarannya, tapi suara itu tetap tidak hilang.
Setelah beberapa saat, saya kembali ke kamar. Suara aneh itu masih terdengar. Saya mencoba menebak-nebak asal suara tersebut selama setengah jam. Kemudian, pada pukul 12:24 malam, suara itu tiba-tiba hilang.
Saya merasa lega, tapi juga heran. Saya tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada tetangga kamar karena takut mereka akan menceritakan pengalaman menakutkan lainnya. Lalu, saya teringat cerita almarhum bapak saya yang sering diganggu makhluk halus saat muda. Bapak bilang, kuncinya adalah menjadikan kamar sebagai tempat salat.
Saya pun mengambil wudhu dan salat malam. Saya berharap suara-suara aneh itu tidak akan muncul lagi. Apakah berhasil? Saya pikir iya. Tapi keanehan lain muncul. Saya mulai mendengar suara gending atau gamelan, kadang terdengar jelas, kadang samar. Saya curiga suara itu juga berasal dari kamar sebelah.
Seminggu kemudian, saat tetangga saya kembali, saya memberanikan diri untuk bertanya. “Mas, waktu kamu pergi, ada suara aneh dari kamarmu. Kamu bawa sesuatu yang aneh nggak?” tanyaku. Dia terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil. “Ah, kamu juga dengar ya? Aku lupa bilang. Sebelum aku pergi, aku taruh sebuah gamelan tua di kamar. Katanya sih, gamelan itu punya cerita mistis.”
Saya terperanjat. Ternyata sumber suara aneh itu adalah gamelan mistis. Tetangga saya lalu menjelaskan bahwa gamelan itu peninggalan keluarganya dan memiliki cerita bahwa konon, suara-suara gamelan itu akan terdengar jika ada roh-roh yang ingin berkomunikasi.
Malam itu, saya tidak bisa tidur dengan tenang. Pikiranku terusik oleh cerita gamelan mistis. Setiap malam, saya mulai merasakan ketakutan. Saya selalu terjaga, mendengarkan dengan cemas, khawatir suara gamelan itu akan kembali terdengar.
Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk pindah kamar. Saya tidak ingin lagi diganggu oleh suara-suara aneh yang membuat bulu kuduk merinding. Sejak itu, saya tidak pernah mendengar suara gamelan lagi. Namun, pengalaman itu tetap terpatri dalam ingatan saya, membuat saya selalu waspada terhadap hal-hal yang tidak kasat mata.
Posting Komentar
Salam!